Kita sebagai orang tua seringkali mengikutkan anak kita berbagai macam les tambahan di luar sekolah seperti les matematika, les bahasa inggris, les fisika dan lain-lain. Saya yakin hal ini kita dilakukan untuk mendukung anak agar tidak tertinggal atau menjadi yang unggul di sekolah. Bahkan, terkadang ide awal mengikuti les tersebut tidak datang dari si anak, namun datang dari kita sebagai orang tua. Benar tidak?
Memang, saat ini kita menganggap tidak cukup jika anak kita hanya belajar di sekolah saja, sehingga kita mengikutkan anak kita bermacam-macam les. Kita ingin anak kita pintar berhitung, kita ingin anak kita mahir berbahasa inggris, kita juga ingin anak kita jago fisika dan lain sebagainya. Dengan begitu, anak memiliki kemampuan kognitif yang baik.
Ini tiada lain karena, pendidikan yang diterapkan di sekolah-sekolah juga menuntut untuk memaksimalkan kecakapan dan kemampuan kognisi. Dengan pemahaman seperti itu, sebenarnya ada hal lain dari anak yang tak kalah penting yang tanpa kita sadari telah terabaikan. Apa itu? Yaitu memberikan pendidikan karakter pada anak didik. Saya mengatakan hal ini bukan berarti pendidikan kognitif tidak penting, bukan seperti itu!
Jadi, Pendidikan karakter adalah pendidikan yang menekankan pada pembentukan nilai-nilai karakter pada anak didik. Saya mengutip empat ciri dasar pendidikan karakter yang dirumuskan oleh seorang pencetus pendidikan karakter dari Jerman yang bernama FW Foerster. Pertama, pendidikan karakter menekankan setiap tindakan berpedoman terhadap nilai normatif. Anak didik menghormati norma-norma yang ada dan berpedoman pada norma tersebut. Kedua, adanya koherensi atau membangun rasa percaya diri dan keberanian, dengan begitu anak didik akan menjadi pribadi yang teguh pendirian dan tidak mudah terombang-ambing dan tidak takut resiko setiap kali menghadapi situasi baru. Ketiga, adanya otonomi, yaitu anak didik menghayati dan mengamalkan aturan dari luar sampai menjadi nilai-nilai bagi pribadinya. Dengan begitu, anak didik mampu mengambil keputusan mandiri tanpa dipengaruhi oleh desakan dari pihak luar. Keempat, keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan adalah daya tahan anak didik dalam mewujudkan apa yang dipandang baik. Dan kesetiaan marupakan dasar penghormatan atas komitmen yang dipilih.
Rabu, 29 Februari 2012
Wajah Pendidikan di Indonesia
Published :
19.46
Author :
paNji ProGres's
SMK YADIKA 5
SMK YADIKA 5 Pondok Aren berdiri pada tahun ajaran 1997/1998 sesuai dengan SK dinas Pendidikan dan Kebudayaan provinsi Jawa barat nomor 773a/I02/Kep/OT/1998 tanggal tahun 1998 untuk kelompok Bisnis dan Manajemen program keahlian yang dimiliki tahun 1997/1998 yaitu akutansi dan administrasi perkantoran, pada tahun ajaran 2007/2008 dibuka program keahlian teknik komputer dan jaringan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Calendar
!-end>!-local>
!-end>!-my>
!-end>!-my>
Archive
-
▼
2012
(17)
-
▼
Februari
(16)
- Kegiatan SMK YADIKA 5 Pondok Aren
- Mendikbud Dukung Penuh Hasil Karya SMK
- SMK vs SMA
- Wajah Pendidikan di Indonesia
- Akutansi
- Administrasi Perkantoran
- Teknik Komputer dan Jaringan
- Ekskul Marawis
- Ekskul Saman
- Ekskul Futsal
- Ekskul Basket
- Ekskul Paskib
- Sarana dan Prasarana
- Kebijakan Mutu
- Visi dan Misi
- Profil Sekolah
-
▼
Februari
(16)
Labels
- Artikel Bebas (3)
- Ekstrakulikuler (4)
- Jurusan (3)
- Profil (4)
- YADIKA 5 NEWS (1)
0 komentar:
Posting Komentar